Minggu, 21 Februari 2010

Biji Kopi

Sediakanlah tiga buah panci berisi air, lalu letakkan di atas tungku atau kompor, Setelah itu masukkan beberapa wortel ke dalam panci yang pertama, telor panci kedua, dan serbuk kopi yang ketiga, kemudian panaskan tiga panci yang berisi air yang sudah diisi dengan wortel, telur, kopi selama 15 menit

Apa yang akan kau pilih
a. Wortel
b. Telur
c. Kopi

Setalah 15 menit angkatlah masing masing benda tersebut dari panci kemudian lihat apa yang terjadi, wortel yang tadinya keras setelah di panaskan selama 15 menit menjadi lembek, telur yang tadinya lembut setalah di panaskan menjadi keras, sedangkan kopi tetap kopi namun justru memberikan keharuman dan warna pada air dalam panci tersebut

Panci dan air yang dipanaskan melambangkan permasalahan yang kita hadapi sehari hari, Sedangkann ketiga benda di dalamnya menunjukkan sikap mental kita setelah menghadapi permasalahan tersebut

a. wortel melambangkan orang yang tadinya tegas dan taguh pada pendirian serta nilai nilai hidup. Selalu berusaha jujur dan siap berkerja keras, Namun setelah menghadapi permasalahan hidup, tekanan hidup, keadaan yang morat-marit membuat dia memiliki mental yang lemah, tidak berani mengambil keputusan sehingga konsep dirinyapun berubah.

b. Telur mengambarkan orang yang tadinya lemah lembut, mengerti perasaan orang lain, dan memiliki hati yang mau melayani. Namun karena di terpa permasalahan yang besar dan bertubi-tubi membuatnya menjadi mudah tersinggung, keras kepala dan egois.

c. Kopi melambangkan esistensi diri yang tidak berubah sekalipun beban permasalahan menghampiri dan menekan sedimikian rupa. Ketika masuk dalam ”Dapur penderitaan” yang bersangkutan justru mampu memberikan warna dan keharuman bagi lingkungannya.Dia tidak mengeluh dengan permasalahan yang dihadapi. Dari mulutnya tidak keluar ucapan-ucapan yang mengerutu dan apatis, sekalipun menghadapi permasalahan yang demikian berat, dia tetap optimis bahkan mau berbagi pengalaman agar orang lain tidak mengalami hal serupa

Sepotong Senja Untuk Pacarku

Lewat surat ini kukirimkan padamu sepotong senja– dengan angin, debur ombak , matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap? Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di kejauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.
Kukirimkan sepotong senja ini untukmu, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata. Sudah terlalu banyak kata di dunia ini dan kata-kata ternyata tidak mengubah apa-apa.…. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata itu bisa diganti artinya. Setiap arti bisa dirubah maknanya.
Kukirimkan sepotong senja untukmu, bukan kata-kata cinta. kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam di cakrawala.
Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.
Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.


dikutip dari : Sepotong Senja Untuk Pacarku, oleh Seno Gumira