Minggu, 21 Februari 2010

Sepotong Senja Untuk Pacarku

Lewat surat ini kukirimkan padamu sepotong senja– dengan angin, debur ombak , matahari terbenam, dan cahaya keemasan. Apakah kamu menerimanya dalam keadaan lengkap? Seperti setiap senja di setiap pantai, tentu ada juga burung-burung, pasir yang basah, siluet batu karang, dan barangkali juga perahu lewat di kejauhan. Maaf, aku tidak sempat menelitinya satu persatu. Mestinya ada juga lokan, batu yang berwarna-warni, dan bias cahaya cemerlang yang berkeretap pada buih yang bagaikan impian selalu saja membuat aku mengangankan segala hal yang paling mungkin kulakukan bersamamu meski aku tahu semua itu akan tetap tinggal sebagai kemungkinan yang entah kapan menjadi kenyataan.
Kukirimkan sepotong senja ini untukmu, dalam amplop yang tertutup rapat, dari jauh, karena aku ingin memberikan sesuatu yang lebih dari sekedar kata-kata. Sudah terlalu banyak kata di dunia ini dan kata-kata ternyata tidak mengubah apa-apa.…. Kata-kata sudah luber dan tidak dibutuhkan lagi. Setiap kata itu bisa diganti artinya. Setiap arti bisa dirubah maknanya.
Kukirimkan sepotong senja untukmu, bukan kata-kata cinta. kukirimkan padamu sepotong senja yang lembut dengan langit kemerah-merahan yang nyata dan betul-betul ada dalam keadaan yang sama seperti ketika aku mengambilnya saat matahari hampir tenggelam di cakrawala.
Terimalah sepotong senja itu, hanya untukmu, dari seseorang yang ingin membahagiakanmu. Awas hati-hati dengan lautan dan matahari itu, salah-salah cahayanya membakar langit dan kalau tumpah airnya bisa membanjiri permukaan bumi.
Dengan ini kukirimkan pula kerinduanku padamu dari sebuah tempat yang paling sunyi di dunia.


dikutip dari : Sepotong Senja Untuk Pacarku, oleh Seno Gumira

Tidak ada komentar:

Posting Komentar